Senin, 03 Januari 2011

Wanita Pembangun Peradaban


Perjalanan kembali ke kota diamana saya menuntut ilmu pada hari itu terasa lain dari biasanya. Saya meninggalkan motor pink yang selalu setia menemani saya kemanapun saya pergi di kosan sehingga saya harus memilih angkutan umum dan tanpa diduga saya bertemu wanita-wanita hebat disana.

Wanita hebat pertama adalah ibu yang menggunakan alat bantu tongkat untuk mempermudah dia berjalan. Dia menggunakan tongkat sejak tulang punggungnya mulai mengalami pengapuran. Beliau seorang pensiunan yang selalu bolak-balik sidoarjo-suarabaya sendiri untuk mengambil uang pensiunannya karena suami sudah meninggal dan anak-anaknya sudah kerja dan merantau di berbagai kota.

Wanita hebat kedua adalah seorang kepala sekolah di salah SMP negeri di tempat saya tinggal. Diusianya yang menjelang kepala 6 beliau masih semangat menuntut ilmu dan mengimprove pengetahuannya. Hal ini bisa dilihat dari begitu semangatnya beliau bertanya kepada seorang nenek yang juga naik diangkot yang sama pada kami. Bertanya mengenai tips kesehatan. Beliau masih aktif mengajar di sekolah. Bagaimana dengan anak-anaknya? Meski beliau aktif anak-anak tetap prioritas no 1. Anak beliau yang paling kecil sekarang bersekolah di perguruan tinggi swasta jurusan pendidikan dokter.

Wanita hebat ketiga adalah seorang nenek. Inilah juaranya. Umur beliau sudah kepala 8. Tapi beliau masih aktif di majelis ta’lim. Tubuhnya yang kecil membuat orang-orang didalam angkot mungkin khawatir beliau tidak sanggup melakukan perjalanan sidoarjo-surabaya seorang diri. Tapi dengan tegas beliau meyakinkan penumpang yang lain bahwa beliau bepergian sendiri karena keinginan beliau bukan karena anak-anak atau cucunya tidak ada yang memperhatikan beliau bahkan beliau berkata “saya ingin menjadi inspirasi bagi generasi muda” subhanallah.

Ketiga wanita hebat yang sebutkan diatas adalah wanita-wanita aktif yang kedepannya bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda. Namun akhir-akhir ini banyak ulasan yang membahas mengenai meningkatnya pendidikan wanita menyebabkan semakin rendah angka pernikahan muda dan diperkirakan bebarapa tahun kemudian akan berdampak semakin enggannya wanita untuk menikah. Wanita dianggap cenderung lebih memilih untuk meningkatkan karirnya daripada membina rumah tangga ynag menjadi kewajiban fitrah seorang wanita. Sehingga timbulah dua pilihan karateristik wanita. Wanita yang pertama adalah wanita yang lebih memilih cenderung kearah peningkatan karir dan menomor duakan keluarga atau bahkan memilih untuk tidak bekelurga. Dan pilihan yang kedua menjadi ibu rumah tangga saja dimana dia hanya berkutat dengan urusan rumah dan sama sekali tidak memiliki aktifitas diluar rumah. Apakah benar oilihan seekstrim itu yang menjadi pilihan kaum wanita?

Peran wanita dalam masyarakat sangatlah penting. Sampai-sampai ada yang mengatakan penentu dalam sebuah generasi adalah wanita. Bagaimana tidak? Sekolah pertama seorang anak adalah ibunya. Seorang mengajarkan segala sesuatunya sebelum memasuki dunia formal. Dalam sebuah artikel yang ditulis Yanti Isa, dalam tabloid Duit! Edisi Desember 2010, beliau menjelaskan perempuan wajib bersyukur meski mengemban tugas berat dia diberi kemampuan alami oleh Sang Pencipta. Perempuan mampu melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Multitasking. Akibat multitasking tersebut perempuan sering terkendala untuk mengenal dirinya sendiri dan menggali potensi dirinya yang bila diasah dapat menghasilkan prestasi bagi keluarga, pekerjaan, atau bisnis. Jadi bukan sebuah masalah ketika seorang wanita memiliki aktifitas bejibun. Dia akan tetap dapat menyelesaikan kewajibannya sebagai istri, ibu dan beberapa aktifitasnya diluar rumah. Lagipula ada banyak keuntungan yang didapat ketika sesorang memiliki aktifitas yang banyak.

Dengan mengikuti berbagai macam aktifitas seseorang dapat memiliki pengalaman yang bermacam-macam pula. Pengalaman tersebut dapat menjadi intangible asset yang berharga bagi seseorang. Dalam buku Myelin, Rhenald Kasali menjelaskan manusia yang hanya mengandalkan brain memory yang terbentuk dari pengetahuan saja ibarat penguasa malas yang memperoleh kekuasaan monopoli. Mereka kaya, tetapi tidak inovatif, lambat dan tambun. Sebaliknya, manusia yang hanya mengandalkan muscle memory juga pintar, gesit, dan bisa jadi juga kaya raya. Tetapi maaf, ia tidak berpengetahuan dan hanya dapat melihat sejauh mata memandang. Gabungan keduanyalah yang akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, bahkan menciptakan perubahan, menjadikan sesuatu yang berbeda dari bentuk dan orientasi sebelumnya.

Dari sini saya dapat mengambil kesimpulan pengetahuan saja tidak cukup menjadikan seseorang dapat berkontribusi dengan baik dalam masyarakat. Perlu adanya pengalaman yang mampu meng-guide seseorang untuk melakukan perubahan. Perubahan yang mungkin diawali oleh gerak seorang wanita.

Karena wanita adalah sekolah pertama bagi anak-anak mereka. Wanita harus dapat mencerdaskan anak-anak mereka maka wanita itu harus cerdas. Wanita harus dapat membangun pribadi pemimpin dalam diri anak-anaknya maka dia harus dapat menjadi seorang pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Kemampuan multitasking yang dianugerahkan Sang Maha Pencipta dan pemanfaatan pengetahuan serta pengalaman yang baik akan melahirkan seorang wanita yang hebat. Wanita hebat mampu membangun peradaban yang luar biasa.