Minggu, 22 November 2015

Diskusi Tentang "Peran Ayah dalam Parenting"

Seneng banget bisa gabung sama grup diskusi ini di whatshap. Berawal dari diajakin Nindya Karina ikutan grup ini. Alhamdulilah dapat teman baru yang jelas semuanya emak2 dan calon emak2 dari berbagai profesi.
Setiap minggu diadakan diskusi oleh pembicara yang ahli dibidangnya. Grup yang dikoordinir mbak Rolla Apnoza dan mimin yang baik hati mbak Zuhay dan Teh Sifat sudah membantu saya jadi emak2 kekinian yang produktif.

Diskusi kali tentang ayah yang endingnya termehek2 saat diskusi bebas. Monggo disimak, free to share.
###############################
Diskusi Emak Kekinian
Tgl : 22 Nov 2015
Boomber : Muhammad Firman (Talents Maping, Career and Life Counselor, Koor Fatherhood Forum Bandung)
Notulensi : Dewi Aprilia K.
Tema : Peran Ayah dalam Parenting

๐ŸผAda anak yang jauh dari ayahnya meski selalu hidup satu rumah. ada anak yang dekat dengan anaknya meski jarang ketemu ayahnya.
๐Ÿผanak yang tumbuh tanpa ayah, fatherless, bisa kurang mengenal ketegasan dan keteguhan dalam prinsip. sulit berkata tidak kepada orang lain, mudah terbawa perilaku kelompok.
untuk anak laki-laki, karakter maskulinnya akan kurang berkembang.
Dalam situasi ini sebaiknya sang ayah yang harus punya rencana kongkrit apa yang akan ia lakukan dan berikan untuk anak putranya. Mudah mudahan dengan begitu waktu yang terbatas saat pulang itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya
Dengan masih adanya waktu pulang dan berkumpul dengan keluarga dalam rentang 1 bulan sekali sebenarnya masih bisa sosok ayah membekas kuat di dalam hidup sang anak. meski memang perlu upaya ekstra.
๐Ÿผsosok ayah dapat diwakilkan oleh siapapun laki laki dewasa yang baik dan terpercaya yang ada di sekitar lingkungan rumah.
jadi meski ia tidak mendapatkan interaksi ayah - anak, ia masih mendapatkan interaksi dengan laki-laki dewasa yang membimbingnya. Dengan begitu ia tetap mendapatkan sebagian besar hal yang bisa didapat dari ayahnya.
jadi bisa juga sosok tersebut didapatkan dari tetangga atau dari paman, yang secara berkala memang berinteraksi dengan sang anak.
sosok ayah dapat diwakilkan oleh siapapun laki laki dewasa yang baik dan terpercaya yang ada di sekitar lingkungan rumah.
Yang bisa dilakukan sang ibu adalah mengenalkan anak laki-laki pada kisah-kisah tentang ayahnya, atau tentang laki-laki dewasa yang pantas diteladani.
๐Ÿผ๐Ÿง๐Ÿ˜Jikalah boleh saya sampaikan di sini, kami para ayah ini sangat butuh untuk diajak melihat dan memikirkan keluarga lebih dari sekedar urusan finansial belaka
Tentu dengan pola komunikasi yang disesuaikan dengan sifat masing-masing. Cukup banyak para ayah yang tidak nyaman membicarakan keluarga jika dimulai dari tuntutan dan keluhan.
Oleh karena itu, obrolan yang lebih banyak dan lebih dalam terkait keluarga, tumbuh kembang anak, pendidikan fitrah mereka, akan sangat bermanfaat untuk membuka alam pikiran kami para ayah.
Tentu dengan pola komunikasi yang disesuaikan dengan sifat masing-masing. Cukup banyak para ayah yang tidak nyaman membicarakan keluarga jika dimulai dari tuntutan dan keluhan.
Barangkali pertanyaan, permintaan pendapat atau arahan bisa lebih nyaman untuk menjadi pembuka jalan
Dari situ mudah-mudahan para ayah akhirnya menemukan sebuah kesadaran penting : bahwa sesungguhnya Sang Guru dan Pemandu untuk setiap manusia di dalam keluarga adalah dirinya, Sang Ayah.
Dan sesungguhnya itulah warisan paling berharga yang bisa diberikan ayah kepada anak-anaknya. Panduan, bimbingan, kebijaksanaan, dan keteladanan.
Bantulah para suami untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan menemukan caranya menjadi Pemandu dan Pemelihara Keluarga ๐Ÿ˜Š

Diskusi Bebas with Muhammad Firman

๐Ÿ˜Ž Kalau disederhanakan, relasi orangtua -  anak itu ada 4 fase.
๐Ÿฎ fase 1 : orangtua menerima anak. Lakukanlah fase ini sebaik-baiknya karena ini adalah awal dari segalanya. baik buruknya fase ini menentukan relasi orangtua - anak hingga akhir hayat.
fase 1 ini dimulai dari sejak anak ada di kandungan sampai anak memasuki usia dewasa/baligh.
Fase 1 dilakukan dengan menerima anak mulai dari menerima dia laki-laki atau perempuan, apakah dia putih seperti ibunya atau item kayak bapaknya ๐Ÿ˜…, kemudian menerima sifatnya, lalu menerima semua beban dan tanggung jawab pengasuhan dari tahun-tahun awal yang paling menentukan ini.
๐Ÿฎ fase 2 : anak menerima orangtua. Memasuki usia 5 atau 6 tahun anak mulai lebih mengenal orangtuanya, dan sudah mulai belajar dan menerima karakter orangtuanya, nilai nilai yang mereka tanamkan dan budayakan, menerima keadaan orangtuanya apa adanya.
fase ini meski dimulai di usia anak-anak, baru bisa dilihat hasilnya baik atau tidak saat orangtua memasuki usia senja.
sekali lagi perlu dipahami bahwa fase 2 ini sangat dipengaruhi kualitas fase 1.
๐Ÿฎ Fase 3 : orangtua melepas anak. Banyak orangtua yang kaget dan tidak siap ketika fase ini datang... Begitu anak memasuki usia dewasa, orangtua sudah harus siap untuk melepas mereka. duh kok mereka tau tau udah gede ya? kok mereka kayak yang udah pengen ninggalin rumah aja nih..

๐Ÿฎ nah fase 4 adalah fase anak melepas orangtua. di fase ini kita tidak lagi membebani orangtua dengan banyak tuntutan. justru kita benar-benar ingin membahagiakan mereka di penghujung hidupnya. tapi memang di fase 4 ini idealnya ada yang namanya "Pamitan". Jadi anak dan orangtua sudah sama sama menerima bahwa perpisahan itu sudah dekat. oleh karena itu kita tak ada lagi tuntutan apa apa kepada orangtua. jika ada komunikasi yang rasanya masih belum maksimal, kita perlu berusaha sebisa mungkin mendengarkan mereka, seperti apapun situasinya. jadi kalo ada suami yang agak sungkan atau 'takut' sama bapak mertua, beranikan diri lah ๐Ÿ˜„
sediakan waktu yang banyak, dan benar benar konsentrasi.. temani bapak mertua, dengarkan nasehat nasehat mereka, kalopun pake dimarahin, nikmati saja ๐Ÿ˜Š๐Ÿ‘๐Ÿผ itu adalah bahasa kasih sayang beliau

Yang masih ada ayah, mangga bisa memulai fase pamitan secara perlahan dan penuh penghayatan ๐Ÿ˜Š

Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar