Kamis, 17 Maret 2016

Berantakan Boleh tapi Tetep Rapi

Entah ini keberapa kali temenku curhat masalah persiapan resign. Padahal sungguh aku sama sekali tidak pernah mem publish bahwa saya resign dari bekerja, kecuali sekarang ini hehe. Saya tidak mem publish karena menjaga perasaan teman-teman yang mungkin tidak memiliki pilihan sehingga harus bekerja dengan konsekuensi mungkin jauh dari keluarga, suami, atau anak. Selain mendoakan agar diberikan Allah kondisi yang lebih baik sesegara mungkin yang bisa saya lakukan untuk mereka ya dengan tidak menambah kegalauan mereka.

Kembali ke temen yang curhat tentang persiapan resign. Semoga saja dia ridho kisahnya di publish ya hehe. Jadi yang bikin dia galau bukan masalah karena takut nggak ada kegiatan dirumah, karena dia pun sudah rindu bermain dengan anak-anaknya dirumah. Bukan juga karena berat meninggalkan pekerjaannya karena sudah cukup lama dia bekerja. Tapi karena tidak siap harus membereskan rumah sendiri. Hmm ternyata ada juga yang begini.

Well, klo kata suami saya, rumah itu tanggung jawab ibu as Manajer. Tau artinya Manajer? Orang yang me manage segala sesuatunya dirumah. Jadi semuanya Ibu yang ngerjain sendiri??? Tunggu dulu, tau definisi Manajemen?

Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Wikipedia

Jadi kita bisa selesaikan pekerjaan rumah melalui orang lain tidak harus dikerjakan sendiri. Orang lain itu bisa jasa laundry untuk urusan baju, khadimat untuk urisan bersih-bersih rumah dan memasak, tapi harus dan tidak boleh tidak bahwa anak ibu yang mengawasi, mengajak bermain, menyuapi dan memandikan. Orang lain hanya membantu saja. Begitulah prinsip kami dalam keluarga.

Keluarga kami hanya dibantu khadimat untuk membersihkan rumah seminggu dua kali. Padahal anak sedang aktif-aktif suka bermain dan "merapikan" rumah. Kami tidak pernah me permasalahkan rumah kurang rapi karena baby kami bermain. Tapi klo "heboh" setiap saat setiap waktu ternyata bikin Ibu stress juga ya. Jadi untuk ngurangi stress Ibu ini tipsnya.

1. Kurangi menyimpan barang printilan kecil-kecil. Klo dirasa tidak dipakai dibuang saja atau dilipat rapi saat membuangnya supaya bisa dibawa pemulung dalam keadaan bagus. Atau segera dimanfaatkan sebagai barang daur ulang. Ingat SEGERA!!! Klo nggak segera sama saja dengan menyimpan sampah.

2. Gunakan prabot rumah tangga yang tidak memakan space rumah terlalu banyak. Misal cukup satu lemari buffet sebagai lemari penyimpanan di ruang keluarga. Supaya rumah terasa longgar.

3. Klo memang harus ada printilan kecil-kecil seperti mainan anak gunakan box penyimpanan yang bisa disimpan jadi satu dengan prabot rumah tangga lainnya. Contohnya seperti ini

Ini praktis banget saat harus membereskan mainan Azzam tinggal plung-plung masukkan rak buffet.

4. Rumah harus rapi saat malam hari sebelum tidur. Karena pada saat ini biasanya ibu-ibu baru bisa melakukan me time nya. Klo me time sambil rumah rapi kan enak ya. Nah klo rumah sudah di setting seperti no 1 sampai no 3 diatas beres-beres rumah jadi lebih mudah. Dan dipagi hari kita bangun rumah dalam keadan rapi, pikiran lebib enak, tinggal ngeberesin tempat tidur dan melanjutkan ktivitas.

5. Jam Rumah Main. Jam rumah kami jadi rumah main anak adalah mulai dari jam 9 sampai jam 4 sore. Artinya mulai dari jam 9 sampai jam 4 sore rumah dibiarkan heboh dengan aktivitas anak. Sambil di edukasi ketika jam 4 sore anak ikut beberes rumah dan boleh mengeluarkan mainan dari box kalau digunakan saja.

After all be happy mom. Karena Ibu adalah kunci dari sebuah keluarga, kebahgiaan seorang Ibu menjadi sumber kebahagiaan anak dan ayah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar