Perjalanan
kembali ke kota diamana saya menuntut ilmu pada hari itu terasa lain dari
biasanya. Saya meninggalkan motor pink yang selalu setia menemani saya
kemanapun saya pergi di kosan sehingga saya harus memilih angkutan umum dan
tanpa diduga saya bertemu wanita-wanita hebat disana.
Wanita
hebat pertama adalah ibu yang menggunakan alat bantu tongkat untuk mempermudah
dia berjalan. Dia menggunakan tongkat sejak tulang punggungnya mulai mengalami
pengapuran. Beliau seorang pensiunan yang selalu bolak-balik sidoarjo-suarabaya
sendiri untuk mengambil uang pensiunannya karena suami sudah meninggal dan
anak-anaknya sudah kerja dan merantau di berbagai kota.
Wanita
hebat kedua adalah seorang kepala sekolah di salah SMP negeri di tempat saya
tinggal. Diusianya yang menjelang kepala 6 beliau masih semangat menuntut ilmu
dan mengimprove pengetahuannya. Hal ini bisa dilihat dari begitu semangatnya
beliau bertanya kepada seorang nenek yang juga naik diangkot yang sama pada
kami. Bertanya mengenai tips kesehatan. Beliau masih aktif mengajar di sekolah.
Bagaimana dengan anak-anaknya? Meski beliau aktif anak-anak tetap prioritas no
1. Anak beliau yang paling kecil sekarang bersekolah di perguruan tinggi swasta
jurusan pendidikan dokter.
Wanita
hebat ketiga adalah seorang nenek. Inilah juaranya. Umur beliau sudah kepala 8.
Tapi beliau masih aktif di majelis ta’lim. Tubuhnya yang kecil membuat
orang-orang didalam angkot mungkin khawatir beliau tidak sanggup melakukan
perjalanan sidoarjo-surabaya seorang diri. Tapi dengan tegas beliau meyakinkan
penumpang yang lain bahwa beliau bepergian sendiri karena keinginan beliau
bukan karena anak-anak atau cucunya tidak ada yang memperhatikan beliau bahkan
beliau berkata “saya ingin menjadi inspirasi bagi generasi muda” subhanallah.
Ketiga
wanita hebat yang sebutkan diatas adalah wanita-wanita aktif yang kedepannya
bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda. Namun akhir-akhir ini banyak ulasan
yang membahas mengenai meningkatnya pendidikan wanita menyebabkan semakin
rendah angka pernikahan muda dan diperkirakan bebarapa tahun kemudian akan
berdampak semakin enggannya wanita untuk menikah. Wanita dianggap cenderung
lebih memilih untuk meningkatkan karirnya daripada membina rumah tangga ynag menjadi
kewajiban fitrah seorang wanita. Sehingga timbulah dua pilihan karateristik
wanita. Wanita yang pertama adalah wanita yang lebih memilih cenderung kearah
peningkatan karir dan menomor duakan keluarga atau bahkan memilih untuk tidak
bekelurga. Dan pilihan yang kedua menjadi ibu rumah tangga saja dimana dia
hanya berkutat dengan urusan rumah dan sama sekali tidak memiliki aktifitas
diluar rumah. Apakah benar oilihan seekstrim itu yang menjadi pilihan kaum
wanita?
Peran
wanita dalam masyarakat sangatlah penting. Sampai-sampai ada yang mengatakan
penentu dalam sebuah generasi adalah wanita. Bagaimana tidak? Sekolah pertama
seorang anak adalah ibunya. Seorang mengajarkan segala sesuatunya sebelum
memasuki dunia formal. Dalam sebuah artikel yang ditulis Yanti Isa, dalam
tabloid Duit! Edisi Desember 2010, beliau menjelaskan perempuan wajib bersyukur
meski mengemban tugas berat dia diberi kemampuan alami oleh Sang Pencipta.
Perempuan mampu melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Multitasking.
Akibat multitasking tersebut perempuan sering terkendala untuk mengenal dirinya
sendiri dan menggali potensi dirinya yang bila diasah dapat menghasilkan
prestasi bagi keluarga, pekerjaan, atau bisnis. Jadi bukan sebuah masalah
ketika seorang wanita memiliki aktifitas bejibun. Dia akan tetap dapat
menyelesaikan kewajibannya sebagai istri, ibu dan beberapa aktifitasnya diluar
rumah. Lagipula ada banyak keuntungan yang didapat ketika sesorang memiliki
aktifitas yang banyak.
Dengan
mengikuti berbagai macam aktifitas seseorang dapat memiliki pengalaman yang
bermacam-macam pula. Pengalaman tersebut dapat menjadi intangible asset yang berharga bagi seseorang. Dalam buku Myelin,
Rhenald Kasali menjelaskan manusia yang hanya mengandalkan brain memory yang terbentuk dari pengetahuan saja ibarat penguasa
malas yang memperoleh kekuasaan monopoli. Mereka kaya, tetapi tidak inovatif,
lambat dan tambun. Sebaliknya, manusia yang hanya mengandalkan muscle memory juga pintar, gesit, dan
bisa jadi juga kaya raya. Tetapi maaf, ia tidak berpengetahuan dan hanya dapat
melihat sejauh mata memandang. Gabungan keduanyalah yang akan menghasilkan
sesuatu yang luar biasa, bahkan menciptakan perubahan, menjadikan sesuatu yang
berbeda dari bentuk dan orientasi sebelumnya.
Dari
sini saya dapat mengambil kesimpulan pengetahuan saja tidak cukup menjadikan
seseorang dapat berkontribusi dengan baik dalam masyarakat. Perlu adanya
pengalaman yang mampu meng-guide seseorang untuk melakukan perubahan. Perubahan
yang mungkin diawali oleh gerak seorang wanita.
Karena
wanita adalah sekolah pertama bagi anak-anak mereka. Wanita harus dapat
mencerdaskan anak-anak mereka maka wanita itu harus cerdas. Wanita harus dapat
membangun pribadi pemimpin dalam diri anak-anaknya maka dia harus dapat menjadi
seorang pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Kemampuan multitasking yang
dianugerahkan Sang Maha Pencipta dan pemanfaatan pengetahuan serta pengalaman
yang baik akan melahirkan seorang wanita yang hebat. Wanita hebat mampu
membangun peradaban yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar